Powered By Blogger

Wednesday, October 23, 2013

Bahasa sebagai Jatidiri & Alat pencari kerja



BAHASA SEBAGAI JATI DIRI
Disini kita membahas bahasa sebagai jati diri, pertama yang saya ingin jelaskan Apa itu “jati diri”. Jati diri itu kita anggap sebagai identitas. Jadi bahasa sebagai jati diri adalah bahasa sebagai identitas bangsa kita. Dimana kita sebagai bangsa Indonesia harus membuktikan kalau identitas bangsa di mata dunia.

Kita seharusnya bangga Indonesia, karena di Indonesia memiliki beragam bahasa antar daerah masing-masing. Dan kita juga punya bahasa pemersatu antar daerah yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bagian erat bangsa Indonesia, Bahasa Indonesia memiliki kedudukan istimewa. Selain itu bahasa adalah cermin dari karakter bangsa seperti sebuah kutipan “Bahasa Itu Menunjukkan Bangsa”.

Tapi saya lebih memilih bahasa inggris sebagai bahasa yang paling istimewa. Karena bahasa inggris termasuk bahasa internasional yang dimana setiap Negara mungkin mengerti dan paham. Kemarin baru saja saya dari 3 negara, yaitu Thailand, Malaysia, dan Singapore.

Di Thailand sebagian kecil masyarakat mengerti bahasa inggris, hanya di daerah wisata yang masyarakatnya mengerti bahasa inggris. Disana saya sangat susah berkomumnikasi dengan mereka dikarenakan bahasa yang terbatas, sehingga terkadang saya menggunakan bahasa isyarat. Mungkin hamper seluruh dunia bisa mengerti bahasa isyarat/ bahasa tubuh (hehe). Waktu saya berada di Thailand tepatnya di Phuket, ketika saya melakukan percakapan dengan teman saya menggunakan bahasa Indonesia. Ada seorang teman yang sedang jalan-jalan mendengar. Mereka langsung bertanya kepada kita “Orang Indonesia juga mas?” saat itulah kita bertemu orang satu Negara di Thailand. Orang Thailand mengira kita sama karena bentuk muka yang hampir mirip dengan orang Thailand.

Berbeda dengan Malaysia, disana mereka menggunakan bahasa melayu. Mungkin tidak asing jika bahasa mereka terdengar di kuping kita. Karena alur bahasa yang hamper sama, tetapi ingat bahasa melayu kadang mempunyai arti yang berbeda dengan bahasa Indonesia walaupun itu kalimatnya sama. Bahasa disana agak lebih baku di banding bahasa Indonesia.

Sekarang kita membahas bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Saya asli Palembang, bahasa Palembang hampir mirip dengan bahasa padang. Saya pernah diajarkan oleh seorang guru, katanya daerah pesisir mempunyai ucapan bahasa yang sangat tinggi/sedikit kasar dibandingkan daerah pegunungan. Karena daerah pesisir mempunyai kehidupan yang keras sehingga berdampak pada percakapan mereka. Jika orang sunda berbicara dengan orang medan mungkin orang sunda merasa dirinya seperti sedang dimarahi dikarenakan logat bahasa orang medan yang sedikit tinggi.

Mau kita berada dimanapun tetap kita harus menggunakan bahasa Indonesia, karena itu bagian dari identitas Negara kita. Sekaligus kita juga sebagai pemuda yang menghargai bangsa.

Sekarang-sekarang ini banyak anak muda di negara kita yang suka mengganti bahasa indonesia menjadi bahasa gaul. Yang lagi trend sekarang-sekarang ini yaitu vicky, lucunya banyak yang menyalah gunakan sebagai ledekan / “joke”. Terkadang ada anak muda yang memanggil teman menggunakan kata-kata baru seperti “bro” , “gan” , “cuy”, dan lain sebagainya.

Kembali lagi ke jati diri masing-masing personal. Jika kita menghargai negara kita, gunakanlah bahasa yang sesuai tata krama. Jangan menggunakan bahasa yang mengada-ada. Bahasa indonesia merupakan salah satu bahasa yang susah di mengerti di dunia. Karena bahasa indonesia menggunakan semua huruf alphabet.

Bahasa Indonesia dimata dunia :

Dijadikan Bahasa Resmi Ke-2 di Vietnam
Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City, Vietnam, mengumumkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua secara resmi pada bulan Desember 2007, kata seorang diplomat Indonesia. “Bahasa Indonesia sejajar dengan Bahasa Inggris, Prancis dan Jepang sebagai bahasa kedua yang diprioritaskan,­” kata Konsul Jenderal RI di Ho Chi Minh City untuk periode 2007-2008, Irdamis Ahmad.

Guna mengembangkan dan memperlancar studi Bahasa Indonesia, pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia di kota itu membantu berbagai sarana yang diperlukan beberapa universitas. Sarana yang dibantu antara lain peralatan komputer, alat peraga, bantuan dosen dan bantuan keuangan bagi setiap kegiatan yang berkaitan dengan upaya promosi Bahasa Indonesia di wilayah kerja universitas masing-masing.

Perguruan tinggi itu juga mengadakan lomba pidato dalam Bahasa Indonesia, lomba esei tentang Indonesia dan pameran kebudayaan. Universitas Hong Bang, Universitas Nasional HCMC dan Universitas Sosial dan Humaniora membuka studi Bahasa Indonesia. Irdamis berpendapat sebagian pemuda Vietnam melihat adanya keperluan untuk mempelajari Bahasa Indonesia, mengingat kemungkinan meningkatnya hubungan bilateral kedua negara ini di masa depan.

Dipelajari di lebih dari 45 Negara di Dunia
Walaupun yang paling efektif merubah citra adalah merubah realitas, namun peran budaya dan bahasa Indonesia dalam diplomasi adalah hal yang sangat krusial. Maka dari itu tingginya minat orang asing belajar bahasa dan budaya Indonesia harus disambut positif. Beberapa negara yang sudah mempelajari bahasa Indonesia diantaranya adalah Australia, Jepang, Vietnam, Mesir, dan Italia. Hal ini membuat bahasa Indonesia masuk ke dalam peringkat 10 besar bahasa yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.

Paling Populer di Australia
Di Australia, bahasa Indonesia merupakan bahasa paling populer ke-4. Ada kurang lebih 500 sekolah pada tingkat pendidikan dasar yang mengajarkan bahasa Indonesia di negara kanguru ini. Sama seperti di Negara kita, di Australia bahasa Indonesia adalah bahasa yang wajib dipelajari di tingkat sekolah dasar. Beberapa universitas di Australia ini juga ada yang menyediakan jurusan bahasa atau sastra Indonesia l. Hal ini membuat Australia menjadi salah satu negara yang paling populer mengembangkan bahasa Indonesia.

Pusat Studi Indonesia di Afrika
Salah satu Negara di benua Afrika, yaitu Mesir tercatat sebagai negara yang paling utama mengembangkan bahasa Indonesia. Negara piramid dan sphinx ini telah membangun Pusat Studi Indonesia. Pusat Studi ini ada di Suez Canal University, dan merupakan langkah awal untuk lebih mendalami Indonesia dari semua aspek, mencakup ideologi, politik, sosial dan budaya, ekonomi dan pertahanan keamanannya.

Menjadi Bahasa Pilihan di Situs Klub Sepak Bola
Klub sepak bola di Italia, Juventus, Intermilan, dan AC Milan telah meluncurkan situs resmi mereka dalam bahasa Indonesia.

Telah Lama Dipelajari di Jepang
Di negara matahari terbit ini sudah lama didirikan pusat-pusat studi Indonesia. Salah satunya yang didirikan oleh Nihon-Indonesia Gakkai atau Perhimpunan Pengkaji Indonesia Seluruh Jepang pada 1969. Anggota organisasi ini terdiri dari kalangan akademisi Jepang yang mengajar bahasa dan berbagai aspek tentang Indonesia di berbagai Universitas di Jepang. Sejak 1992 organisasi ini mulai melakukan ujian kemampuan Bahasa Indonesia. Hingga saat ini telah tercatat lebih dari 12.500 peserta yang telah mengikuti tes kemampuan berbahasa Indonesia dalam berbagai tingkatan. Ada beberapa Universitas di Jepang yang membuka jurusan bahasa Indonesia, antara lain Universitas Kajian Asing Tokyo, Universitas Tenri, Universitas Kajian Asing Osaka, Universitas Sango Kyoto, dan Universitas Setsunan. Sementara ada lebih dari 20 perguruan tinggi di Jepang yang mengajarkan bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pilihan.

 

BAHASA SEBAGAI ALAT PENCARI KERJA
Saya coba membahas artikel bahasa sebagai alat pencari kerja. Menurut saya bahasa inggris salah satu bahasa yang paling penting sebagai alat pencari kerja. Jaman sekarang banyak perusahaan yang membutuhkan karyawan dengan keampuan bahasa inggris yang pasif.

Di perusahaan internasional banyak yang meminta para pelamar melampirkan sertifikat toefl dan mempunyai skill minimal bisa berbahasa inggris pasif. Sekarang sudah semakin susah mencari kerja jika kita tidak mengerti bahasa inggris. Ada untungnya jika kita bisa menggunakan bahasa inggris, jika kita mencari kerja diluar negeri kita bisa menggunakan bahasa international

Prof.Emil Salim melaporkan hasil sensus tahun 1980 yang menunjukan adanya hubungan antara penguasaan bahasa Indonesia yang baik dengan kesempatan kerja, kesan pertama merupakan hal penting yang didapatkan oleh para penyaring calon pekerja yaitu bisa  melaui lamaran tertulis dan wawancara dengan pencari kerja tersebut. Wawancara menjadi bagian terpenting dalam mendapatkan pekerjaan, pada intinya tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dari pelamar apakah lowongan yang ada mampu ia laksanakan atau tidak. Ketika pelamar tidak lancar berkomunikasi dengan penyaring calon pekerja biasanya dianggap tidak mampu melaksanakan beban kerja lowongan yang ada.

            Selain menguasi bahasa lisan dan tulisan, bahasa tubuh juga berpengaruh untuk menetukan pelamar dapat diterima bekerja atau tidak. Bahasa tubuh adalah komunikasi pesan tanpa kata-kata melainkan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, serta postur dan gerakan tubuh. Pada dasarnya bahasa tubuh terdiri dari hal-hal yang sering dilakukan seperti cara duduk, berdiri, menggunakan kedua tangan dan lainya. Menurut para ahli, sebagian besar komunikai manusia dilakukan dengan  non verbal seperti tindakan, ekspresi, bahkan saat kita gelisah semuanya menggambarkan yang kita rasakan dan bahasa tubuh juga dilakukan secara tidak sadar, kita melakukannya tanpa berfikir yang berarti bahas tubuh jarang berbohong.

Saya ingin mengutip sedikit cerita dari berbagai sumber “Hari Sabtu, 6 Juli 2013 lalu, tim ITB Career Center berkesempatan meliput Career Workshop yang diselenggarakan oleh kantor Career Service SBM ITB. Pematerinya adalah Pak J.S. Kurnia, SE, MBA, Chief of Marketing & Training dari SkillInstitute. Peserta workshop mendapatkan berbagai informasi dari bagaimana menentukan karir yang sesuai sejak dini hingga tips agar dapat memiliki daya saing tinggi dalam meraih karir impian. Salah satu cerita menarik yang disampaikan Pak Kurnia adalah tentang kemampuan Bahasa Inggris yang menentukan nasib seorang pencari kerja dalam proses rekrutmen.

Pak Kurnia menceritakan cuplikan wawancara di sebuah perusahaan nasional. Kisah ini nyata terjadi:
Seorang pelamar lolos hingga tahap wawancara. Di hari yang ditentukan, pelamar tadi datang ke lokasi wawancara dan dipersilakan untuk menemui tim pewawancara yang terdiri dari tiga orang. Para pewawancara memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris dan mengajukan pertanyaan standar pertama dalam wawancara: “Tell us about yourself.”
Pak Kurnia melanjutkan kisah si pelamar sambil berkelakar: Mungkin karena si pelamar merasa, 1) Bahasa Inggris si pewawancara tidaklah persis seperti bule, bahkan ada sedikit logat Jawa Tegalnya, 2) ia tidak pede dengan cas-cis-cus Bahasa Inggrisnya, 3) semua pewawancara berkulit sawo matang alias orang Indonesia semua, tidak ada bulenya, maka ia pun memberanikan diri bertanya, “Pak, Bu, kira-kira boleh tidak kalau wawancaranya dalam Bahasa Indonesia saja?”
Para pewawancara menjawab, “Boleh, tentu saja.”
Maka dilanjutkanlah wawancara tersebut dalam Bahasa Indonesia. Si pelamar tentu merasa lega. Namun, justru di sinilah letak kekeliruan pelamar tersebut, sebuah kekeliruan yang bisa dibilang kerap terjadi di mana-mana.
Wawancara itu–percaya atau tidak, selesai hanya dalam waktu lima menit. Setelahnya, si pelamar berjabat tangan dengan pewawancara, yang diiringi dengan ucapan pewawancara, “Terima kasih atas waktunya.
Menurut Pak Kurnia, kalimat itu dibaca: “Anda (sudah dipastikan) tidak akan kami panggil ke tahap selanjutnya.”
Mari kita telaah sejenak contoh tersebut. Mungkin ini juga dapat membantu anda dalam mengevaluasi berbagai proses rekrutmen yang sudah anda jalani:

1) Ketika pewawancara menyapa dan berbicara dengan Bahasa Inggris, itu merupakan indikasi bahwa kemampuan komunikasi dalam Bahasa Inggris memang penting di pekerjaan yang anda lamar.

2) Bila lowongan pekerjaan yang anda lamar ditulis dalam Bahasa Inggris, itu juga merupakan tanda yang jelas bahwa kemampuan berkomunikasi Bahasa Inggris penting dalam pekerjaan tersebut.

3) Bila dalam lowongan tercantum kalimat seperti, “Good/excellent command in English”, “Able to communicate in English fluently”, “Minimum TOEFL/TOIEC score…”, itu merupakan penanda eksplisit, gamblang, terang-terangan, bahwa kemampuan Bahasa Inggris adalah syarat yang penting untuk melamar ke pekerjaan tersebut.

Itu berarti tak hanya surat lamaran serta CV saja yang anda poles dengan Bahasa Inggris yang mengkilap. Dalam tahap rekrutmen selanjutnya, kemampuan komunikasi Bahasa Inggris anda pun diharapkan semengkilap surat lamaran anda. Dan tentu saja, klaim anda akan diuji kebenarannya. Salah satunya, ya, dalam proses wawancara.

Pak Kurnia bercerita bahwa beliau menjalin kerja sama dengan suatu universitas negeri ternama di daerah Bandung untuk mengembangkan Program Persiapan Karir. Dalam diskusinya membahas program tersebut, pihak universitas menceritakan berbagai kondisi karir alumninya selepas mereka wisuda. “Pak Kurnia, kami dari universitas turut senang. Alumni kami banyak yang bekerja di Singapura, terutama yang berasal dari program internasional. Gaji mereka besar, sekitar 3000 dolar Singapura. Kalau dalam kurs sekarang, kira-kira setara dengan 24 juta rupiah per bulan. Kami sangat bangga.”

Pak Kurnia mengiyakan. Tapi informasinya ternyata tidak hanya sampai di situ. “Namun Pak, kami prihatin juga dengan alumni kami yang bekerja di Bandung. Ada yang diterima bekerja dengan gaji kecil, hanya 1.5 – 2 juta per bulan. Ada juga yang lumayan, gajinya sekitar 3 juta-an per bulan. Tapi tetap saja, kesenjangannya sangat besar jika dibandingan dengan penghasilan alumni kami yang bekerja di Singapura,” tutur pihak universitas.

Penasaran, Pak Kurnia mencari tahu tentang kisaran gaji di Singapura. Mantan profesional di bidang Farmasi ini mencari data kisaran gaji di Singapura dari Kelly Services, yang rutin melakukan survei gaji dari berbagai sektor industri di penjuru dunia tiap tahunnya. Benar, seperti yang disampaikan pihak universitas, gaji yang diterima alumninya berada dalam kisaran tersebut. Bahkan angka 3000 dolar Singapura itu termasuk di bagian bawah dari rentang gaji yang dapat diterima alumni, dalam contoh ini, di bidang Farmasi.

Dalam contoh yang disampaikannya, Pak Kurnia mencari data kisaran gaji di industri Farmasi di Singapura tahun 2011/2012 untuk pekerja dengan pengalaman 1 – 3 tahun:
Rentang gaji yang diterima pekerja dengan pengalaman 1 – 3 tahun di bidang Farmasi ternyata mulai dari SGD 2800 hingga SGD 4500. Jadi benar bahwa gaji SGD 3000 itu termasuk di level bawah. Potensi gaji yang bisa diterima ternyata lebih dari itu.

Pak Kurnia pun mengusulkan pada pihak universitas, “Kalau begitu, Pak, para alumni yang bekerja di Bandung dengan gaji minim tersebut. melamar kerja saja ke Singapura.”
Jawab pihak universitas, “Ya itu Pak, masalahnya. Bahasa Inggris mereka…”
Kepada para peserta career workshop, Pak Kurnia menegaskan, “Dari contoh tersebut, kita dapat belajar bahwa kemampuan berkomunikasi yang baik dalam Bahasa Inggris bisa memberi tambahan du-wa-pu-luh-sa-tu-ju-ta-rupiah pada gaji yang diterima. Dari segi kualitas lulusan, mungkin yang bekerja di Bandung dan yang bekerja di Singapura tidak ada bedanya. Namun satu aspek yang memberikan perbedaan besar bagi penghasilan mereka adalah kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing.”

Kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing yang baik, dalam hal ini Bahasa Inggris, dapat dikatakan merupakan sebuah syarat yang tak dapat ditawar lagi jika anda ingin memiliki daya saing dalam dunia kerja profesional dan karir secara umum. Dengan banyaknya peluang karir yang ada di sekitar kita, tentunya kita ingin mendapatkan karir terbaik dengan imbal penghasilan dan fasilitas yang terbaik pula. Namun tentu saja ada harga yang harus dibayar: salah satunya kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing yang memadai, bahkan mumpuni.